Jangan biarkan air meresap ke dalam dinding, lantai, beton, atau penampungan di bangunan Anda. Penting untuk melindungi struktur bangunan dan memastikan keandalannya dengan menggunakan metode waterproofing dinding yang tepat. Namun, saat ini, banyak produk di pasaran yang membingungkan konsumen dalam memilihnya.
Untuk mengatasi keraguan konsumen dalam mencari merek waterproofing yang dapat dipercaya, PT Anugerah Magna Nanoteknologi memperkenalkan Brand Nano Star dengan teknologi Titanium Nano yang benar-benar revolusioner.
Lebih menarik lagi, baru-baru ini diadakan acara Architect Meet & Talk yang menghadirkan Andra Martin (Principle Architect Studio Andramatin) dan H. Fauzan A.T. Noe’man (Departemen Kominfo Pengembangan Arsitektur dan Infrastruktur Dewan Masjid Indonesia) sebagai pembicara.
Acara menarik ini diadakan di Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, dengan Her Pramtama (Principle US & PARChitects) sebagai moderator.
“Teknologi Nano Star memanfaatkan rekayasa titanium nano dalam partikel-partikel sangat kecil, dengan ukuran dalam satuan nano. Partikel-partikel nano ini akan menembus substrat beton dan membentuk jaringan nano, seperti jaring laba-laba di dalam substrat. Jaringan nano tersebut berfungsi untuk mencegah air meresap ke dalam beton, sehingga ketika hujan, substrat tersebut menjadi tahan air atau kedap air,” jelas Hery Chrisnantyo, Presiden Direktur Nano Star.
Menurut mereka, teknologi nano ini memungkinkan substrat untuk “bernafas”. Dalam arti jika ada air yang terperangkap di dalam substrat, air (H2O) akan dipecah menjadi atom hidrogen (H) dan atom oksigen (O), dan akan menguap melalui jaringan nano. Hal ini berarti bahwa masalah seperti gelembung dan retak, yang sering terjadi pada merek-merek waterproofing lainnya, tidak akan terjadi saat menggunakan Nano Star.
“Keunggulan Produk Waterproofing Nano Star adalah tahan terhadap sinar UV dan suhu hingga 100°C, sehingga sangat cocok untuk iklim Indonesia. Di beberapa daerah di Indonesia Timur, suhu di permukaan beton bisa mencapai 65°C,” tambahnya. Membran waterproofing dan bitumen waterproofing, yang mengadopsi teknologi Eropa, kurang cocok untuk diaplikasikan di Indonesia karena perbedaan iklim antara Eropa dan Indonesia.
“Terbukti dalam satu siklus musim, membran waterproofing akan menggelembung dan mengelupas, sementara bitumen waterproofing akan meleleh. Dalam kondisi iklim seperti di Indonesia, pilihan waterproofing terbaik adalah menggunakan waterproofing nano milik Nano Star Indonesia,” ungkap Hery.
Nano Star juga mengklaim sebagai waterproofing yang tahan terhadap gempa bumi. Dalam konteks seringnya terjadi gempa di Indonesia belakangan ini, Nano Star tetap mampu mencegah air masuk hingga terjadi keretakan sebesar 1 mm (dalam kategori keretakan non-struktural pada bangunan). Meskipun dalam beberapa kasus di lapangan terkadang kita menemui keretakan dengan lebar 2-5 mm, Nano Star tetap mampu mengatasinya dengan perbaikan yang sederhana, cepat, dan tidak memerlukan biaya tinggi.
“Teknik yang kami gunakan adalah melakukan V-grooving pada jalur retakan setempat dan di-spray ulang dengan Nano Star. Jaringan nano baru akan terbentuk pada area ini dan akan berikatan dengan jaringan nano yang lama. Kita tidak perlu lagi ribet dengan me-repair waterproofing pada keseluruhan bidang yang membutuhkan waktu lama dan biaya besar seperti yang dilakukan pada waterproofing jenis lain,” ditambahkan oleh Dahono General Manager PT Anugerah Magna Nanoteknologi.